Bila bicara budaya sepeda didunia, jadi Belanda yaitu “kiblat” untuk negara yang paling mempunyai banyak penduduknya yang bersepeda.
Budaya bersepeda yang kita saksikan sekarang ini di Belanda pastinya tak di bangun dengan satu malam, sebulan, setahun saja. Perlu bertahun-tahun untuk bangun rutinitas bersepeda warga Belanda hingga dapat jadi budaya seperti saat ini.
Apakah orang Indonesia atau minimum diawali dari diri kita sendiri untuk menginginkan jadikan kesibukan bersepeda sebagai pola hidup?
Bila jawaban anda memanglah iya, Mari kita belajar segera dari Belanda, bagaimana bersepeda di Belanda dapat jadi budaya yang telah menempel di hati warganya.
Diambil dari hijauku.om, Masyarakat Belanda sesungguhnya tak jauh lain dengan masyarakat negara maju lain. Kemakmuran rakyatnya terjamin.
Budaya Bersepeda Orang Belanda |
Akses tehnologi ada. Serta banyak dari mereka yang mempunyai kendaraan bermotor.
Yang membedakan yaitu, orang Belanda tak memakai kendaraan bermotornya setiap saat mereka meninggalkan tempat tinggal.
Sejumlah 27% dari keseluruhan perjalanan masyarakat Belanda dikerjakan dengan bersepeda. Persentase ini tambah lebih tinggi di banding negara-negara maju lain seperti Denmark (18%), Jerman (12%), bahkan juga Amerika Serikat. Di AS, persentase perjalanan bersepeda masihlah begitu kecil – cuma 1% dari keseluruhan perjalanan masyarakat.
Tetapi Belanda tak dan merta mempunyai budaya bersepeda seperti sekarang ini. Kampanye bersepeda di Belanda telah diawali mulai sejak th. 1970-an. Mulai sejak waktu itu beragam jenis faedah sudah didapat dari system transportasi aktif ini baik dari segi ekonomi, kesehatan, lingkungan serta komune. Bersepeda saat ini bukan sekedar jadi keperluan tetapi telah jadi pola hidup orang-orang Belanda.
Apa yang dapat kita tekuni dari mereka? Bagaimana Belanda jadikan sepeda sebagai pola hidup orang-orangnya?
Edukasi Bersepeda Diawali mulai sejak Sekolah Dasar
Di Utrecht, kota paling besar ke empat di Belanda, di satu diantara sekolah basic yang terdapat di pinggir kota itu, Kepala Sekolah Peter Kooy menyampaikan, 95% siswanya yang berusia 10-12 th. pergi ke sekolah dengan memakai sepeda. Tidak sama dengan trend di Amerika Serikat. Cuma 50% siswa di AS yang pergi ke sekolah dengan jalan kaki atau bersepeda. Serta itu berlangsung pada th. 1970-an! Trend itu sekarang ini selalu turun jadi cuma 15%.
Aspek penentu kesuksesan membuat budaya bersepeda di Belanda diawali dari system pendidikan dasarnya. Langkah bersepeda yang aman serta nyaman telah jadi pelajaran mulai sejak di bangku sekolah basic.
Dewan Kota kirim guru spesial untuk mengajar siswa langkah bersepeda yang baik serta benar. Beberapa siswa dibawa ke Trafficgarden, yang disebut jenis miniatur kota, komplit dengan jalan, trotoar serta aktivitas jalan raya. Ditempat ini, beberapa siswa dapat mengasah kekuatan serta pengetahuan mereka sebagai pesepeda, pejalan kaki serta pengemudi (dengan memakai mobil tanpa ada motor).
Pada usia 11 th., anak-anak bakal diuji kemampuannya dengan bersepeda keliling kota. Bila dinyatakan lulus, mereka bakal memperoleh sertifikat dari Dewan Kota yang bakal jadi kebanggaan sendiri untuk mereka.
“Kami menginginkan membuat jalan raya yang aman dengan memberi edukasi mulai sejak awal pada anak-anak. Hingga mereka dapat bersepeda serta jalan kaki dengan aman serta nyaman. (Lewat edukasi) Waktu mereka telah dewasa kelak serta waktu mereka mengemudi, mereka bakal menghormati beberapa pesepeda serta pejalan kaki, ” tutur Ronald Tamse, Perencana Kota Utrecht.
Sepeda serta Pesepeda, Butuh Jaminan Keamanan
Dari kota Utrecht kita menuju kota Den Haag. Sejumlah 27% perjalanan di kota dengan 50. 000 masyarakat ini ditempuh dengan bersepeda – sama juga dengan persentase rata-rata nasionalnya. Tetapi Den Haag tak berhenti disini. Mereka membagikan dana sebesar 10 juta Euro (Rp121 miliar) untuk tingkatkan persentase itu.
“Strategi Dewan Kota Den Haag untuk tingkatkan keamanan serta kenyamanan bersepeda diawali dengan perbanyak jalur-jalur spesial untuk sepeda, serta di satu jalan spesifik, bakal di bangun bike boulevard di mana pemakai sepeda semakin lebih diproritaskan di banding pemakai kendaraan bermotor, ” tutur Hidde van der Bijl, pakar kebijakan bersepeda di Dewan Kota.
Tetapi bukan sekedar kenyamanan pesepeda yang diprioritaskan, keamanan sepeda juga memperoleh perhatian sendiri. Petinggi di Den Haag mengerti utamanya ketersediaan parkir sepeda yang layak.
Keamanan serta kenyamanan tempat parkir sepeda jadi pertimbangan utama untuk seorang sebelumnya mereka mengambil keputusan bersepeda atau tak. “Mobil dengan gampang dapat diparkir di depan tempat tinggal atau di tepi jalan. Untuk pesepeda, mereka mesti membawa sepeda mereka ke mana-mana. Lantaran berikut mereka kerap lebih pilih memakai mobil, lantaran (akses parkir) lebih gampang, ” terang Hidde van der Bijl.
Pernyataan ini diamini oleh Ed Reiskin, Direktur Service Umum di San Francisco, AS. “Saya mesti membawa sepeda saya dimanapun saya pergi (lantaran minimnya sarana parkir sepeda) ”, katanya.
Banyak pengguna sepeda yang cemas sepeda mereka bakal dicuri, apakah itu di jalan, dirumah, ataupun di kantor. Oleh karena itu keamanan sarana parkir sepeda jadi prioritas dalam rencana transportasi di Den Haag.
Sekarang ini Den Haag tengah repot bangun sarana parkir sepeda. Di lokasi dengan masyarakat yang lebih padat bakal di bangun beberapa rack parkir sepeda atau tempat spesial untuk sepeda hingga mempermudah beberapa komuter bersepeda.
Pengalihan manfaat tempat parkir mobil jadi tempat parkir sepeda juga sudah dikerjakan. Satu tempat parkir mobil dapat beralih jadi 10 tempat parkir sepeda. Pesepeda dipakai cost saat memakai sarana parkir ini, dengan jaminan, sepeda mereka akan tidak hilang/dicuri.
Tak ada kata terlambat untuk membudayakan kesibukan bersepeda, seperti yang bisa kita tekuni dari Belanda. Mereka memerlukan saat sekitaran 35 th. untuk bangun system yang aman serta nyaman untuk pesepeda sampai seperti saat ini. Kapan Indonesia bakal mulai belajar?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar